Penyakit Tiroid Sering Tak Tertangani, PB IDI Luncurkan Program Raise Tiroid di Hari Tiroid Sedunia

- Jumat, 26 Mei 2023 | 15:09 WIB
Ilustrasi: Tanda-tanda awal dari gangguan tiroid antara lain merasa lelah atau kurang energi. (Freepik/ DC Studio)
Ilustrasi: Tanda-tanda awal dari gangguan tiroid antara lain merasa lelah atau kurang energi. (Freepik/ DC Studio)

PejuangKantoran.com - Bagi yang belum paham, tiroid merupakan kelenjar penting dalam tubuh yang berperan dalam pengaturan metabolisme dan kesehatan tubuh.

Hormon tiroid sangat diperlukan untuk membantu tubuh menggunakan energi agar tetap hangat, serta membuat otak, jantung, otot dan organ lainnya bekerja sebagaimana mestinya.

Ketidakseimbangan hormon tiroid akan memicu penyakit hipotiroid dan hipertiroid, dua jenis penyakit utama dari kelenjar hormon yang bentuknya menyerupai kupu-kupu itu.

Baca Juga: Minum Kopi Pagi-pagi saat Perut Masih Kosong, Bahaya Nggak Sih?

Penyakit tiroid, menurut dr. Agustina Puspitasari, SpOK, SubSp.BioKO(K) dapat terjadi dalam setiap tahapan hidup. Misalnya, pada wanita yang sedang hamil.

Ia bisa mengalami kelahiran prematur atau depresi setelah melahirkan. Uniknya, wanita memang memiliki resiko 6 hingga 8 kali lebih tinggi untuk mengidap penyakit akibat ketidakseimbangan hormon tiroid ini.

Tanda-tanda awal dari gangguan tiroid antara lain merasa lelah atau kurang energi, padahal sudah cukup tidur. Berat badan turun atau bertambah secara tiba-tiba, walaupun sudah dilakukan perubahan pola makan atau olahraga.

Selain itu, terjadi perubahan suasana hati, lekas marah, cemas, atau depresi, serta gangguan tidur, insomnia, atau rasa kantuk yang berlebihan.

"Beberapa faktor yang membuat seseorang beresiko penyakit tiroid, selain berjenis kelamin wanita, adalah seseorang yang telah berusia di atas 60 tahun, atau memiliki riwayat penyakit tiroid di keluarga.

“Selain itu ada riwayat menderita penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit autoimun, pernah menjalani pengobatan dengan iodium radioaktif, pernah menjalani operasi tiroid, dan pernah menjalani radioterapi pada dada," terang dr. Agustina, yang menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Baca Juga: Walaupun Tak Dicantumkan dalam Kemasan, Waspada Kandungan Gula dalam Minuman Kekinian

Sayangnya, penyakit tiroid di Indonesia sampai sekarang masih kurang penanganannya. Berdasarkan data tahun 2022, prevalensi hipotiroid mencapai 12,4 juta orang dengan tingkat penanganan masih rendah 1,9%, atau sekitar 250 ribu orang.

Sedangkan prevalensi hipertiroid sebanyak 13,2 juta dengan tingkat penanganan hanya 6,2%. Artinya, tidak mencapai 1 juta pasien yang tertangani, tambah Evie Yulin, Presiden Direktur PT Merck Tbk.

Ada sejumlah alasan mengapa orang tidak mengobati hipotiroidisme. Mereka mungkin berhenti minum obat karena mengalami efek samping atau karena tidak merasakan manfaat obatnya.

Kemungkinan lain, mereka mungkin tidak tahu bahwa mereka menderita hipotiroidisme. Dalam hal ini, kondisinya secara bertahap dapat menjadi lebih parah dan berpotensi menimbulkan berbagai komplikasi.

Halaman:

Editor: Felicitas Harmandini

Sumber: Everyday Health

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X