PejuangKantoran.com - Sebuah studi baru mengamati lebih dekat kesehatan mental Gen Z. Perjuangan emosional generasi yang lahir antara 1997 dan 2012 ini telah didokumentasikan dengan baik dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, masih ada pertanyaan tentang apa yang membuat Gen Z berbeda dari generasi sebelumnya.
Menurut studi baru dari Gallup dan Walton Family Foundation (WFF), yang mensurvei lebih dari 3.000 orang dalam kelompok umur tersebut, Gen Z mempunyai kekhawatiran yang sangat besar.
Baca Juga: Gen Z Pewaris Energi Terbarukan, Pahami 2 Pesan Ini
Mereka disebut merasa khawatir mengenai keinginan untuk mendapatkan gaji besar, kekerasan bersenjata, dan persiapan menghadapi masa depan—secara finansial, dan lainnya.
Meskipun 76% Gen Z merasa memiliki banyak hal untuk dinantikan, kurang dari separuhnya, atau sekitar 44% merasa bahwa mereka telah mempersiapkan diri dengan baik untuk masa depan.
Mungkin itu sebabnya, hanya kurang dari separuh responden yang bersedia memberi peringkat “sangat baik” pada kesehatan mental Gen Z, dan hanya 15% dari mereka yang bersedia melakukannya.
“Kurang dari separuh (47%) Generasi Z Amerika mencapai kesuksesan dalam hidup mereka—termasuk generasi terendah di Amerika Serikat saat ini, dan angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan generasi milenial pada usia yang sama,” tulis laporan tersebut.
Gen Z identik dengan kesehatan mental yang buruk?
Penelitian sebelumnya mengenai kesehatan mental Gen Z juga menunjukkan hasil yang mengejutkan.
Survei yang dilakukan oleh American Psychological Association pada 2018 menunjukkan bahwa lebih banyak orang dari kelompok usia tersebut menilai kesehatan mental Gen Z cukup, atau buruk, dibandingkan generasi sebelumnya.
Salah satu alasannya karena keadaan bangsa mereka yang menjadi pemicu stres paling signifikan.
Baca Juga: Gen Z dan Milenial di Asia Sekarang Enggan Bekerja di Pabrik, dan Ini Akibatnya!
Sebuah studi pada 2022 mengungkap bahwa 70% responden merasa kesehatan mental Gen Z memerlukan perhatian atau peningkatan paling besar, jika dibandingkan dengan bidang kesejahteraan lainnya.
Gen Z mungkin merupakan kelompok usia pertama yang menggunakan bahasa tersebut untuk mengidentifikasi masalah seperti kecemasan dan depresi secara lebih luas.
Artikel Terkait
Uniqlo X Kaws Jadi Buruan di Seluruh Dunia, Bikin Orang di Seluruh Dunia Rela Antre
Super Seru, Main Game Sambil Kenalan dengan Jalur Rempah Indonesia
Buat Kamu yang Punya Bisnis, Ini 8 Manfaat Membangun Networking Setiap Hari
Tren Frugal Travel, Liburan Irit Tapi Puas dan Penuh Makna
Terobosan Baru Coca-Cola: Luncurkan Minuman Kola dengan Varian Rasa yang Diciptakan AI
Spotify Buka Lowongan Kerja Indonesia Communications Lead, SEA Communications